Selasa, 26 Desember 2017

RESENSI BUKU KOSMOLOGI SASAK karya H. L. Agus Fathurrahman (bab 3)




Bab 3 “Manusia Sasak”
Di mana manusia berada dan bagaimana manusia sebelum menjalani kehidupan bersama yakni sebelum itu ia memahami ruang dan tempat yang mereka diami, maka setelah itu barulah manusia mulai bertanya dari mana mereka sebagai penghuni  suatu wilayah, yang mana pada bab ini memberikan keterkaitan antara asal usul manusia dengan bagaimana seharusnya melanjutkan hidupnya. Pernyataan tersebut menunjukkan buku Kosmologi Sasak membiarkan pembaca berfikir dengan pertanyaan-pertanyaan secara tidak langsung dari buku ini, pertanyaan-pertanyaan yang dibolak-balik apakah manusia harus memahami asal-usul dirinya sendiri sebagai manusia ataukah sebaliknya manusia harus memahami tempat ia singgah di bumi terlebih dahulu sebelum memahami asal-usul dirinya sebagai manusia, dengan pertanyaan tersebutlah dari sisi pembaca yang mau berlogika ia akan menarik keuntungan yang bisa diterapkan diberbagai sudut kehidupan dari buku tersebut (Kosmologi Sasak).
Manusia menyadari dirinya sendiri dengan mempelajari dan memahami sejarah, asal-usul membuat manusia sadar akan kedudukannya di bumi ciptaan sang Maha Kuasa. Penyadaran serta pengingat yang dengan alasan kuatlah yang dimuat dalam buku tersebut. Sehingga bagi masyarakat Sasak mampu menyadari peran diri, apakah ia menjalani hidup layaknya budaya dan adat  yang sebenarnya hidup itu adalah untuk saling membantu satu sama lain ataukah hidup hanya untuk memahami diri sendiri.
Pemahaman diri adalah salah satu langkah menghadapi hidup, setelah memahami  dirinya sendiri manusia akan memahami bahwa ia tidak hidup sendiri ia membutuhkan orang lain itulah salah satu kebutuhan dalam mengembangkan hidup. Dalam buku tersebut menyajikan pengetahuan secara filosofis yang berubah menjadi ilmu pengetahuan dan yang luar biasanya lagi masyarakat Gumi Sasak secara sadar membaca buku tersebut  untuk memahami dan mempelajari sejarah dari filsafat Gumi Sasak itu sendiri. Setelah memahami diri manusia akan sadar kehidupan manusia sebagai makluk sosial dan setelah itu manusia akan mulai mengonstruksikan cara mengembangkan hidup ke arah yang lebih maju.
Perencanaan, dalam buku Kosmologi Sasak perencanaan tentang kehidupan juga dicantumkan agar manusia melaksanakan perannya sebagai makhluk ciptaan, dalam menjalani kehidupan manusia butuh perencanaan, butuh  peraturan dan juga butuh peralatan dan perlengkapan. Semua itu akan terpenuhi apabila dikembalikan lagi kepada pemahaman akan tempat, ruang, dan pemahaman diri karena dengan beberapa aspek tersebut manusia akan menyadari bahwa dirinya hidup sebagai makluk yang membutuhkan orang lain. Namun, semua itu secara utuh tidak akan terpenuhi jika manusia yang berperan sebagai masyarakat tidak memahami dan tidak bisa menemukan pusat dari sebuah kehidupan yang menghidupi manusia dan juga ruangnya. Maka dari itu sebagai masyarakat Sasak yang berseru bahwa hidup itu adalah untuk meringankan beban orang lain mari menoleh dan melihat kembali bahwa sebagai manusia yang menghuni Gumi Sasak kita haruslah memahami filsafat serta risalah negeri sendiri dan semua itu tercantum  dalm buku yang bentuknya sederhana tapi isinya mendalam. (Kosmologi Sasak: Risalah Inen Paer. H. L. Agus FathurRahman).



RESENSI BUKU KOSMOLOGI SASAK karya H. L. Agus Fathurrahman (bab 2)





Bab 2 “Menapak Tilas” “Elesan”

Menapak Tilas “Elesan” merupakan bagian dari salah satu kebudayaan Sasak. Lombok sangatlah terkenal dan kaya akan kebudayaannya. Namun, ada sebagian yang masih belum cupuk berkembang di tengah masyarakat. Melalui buku inilah literatur kebudayaan Sasak diperkenalkan. Salah satu risalah yang sangat berkesan bagi saya, karena menceritakan perjalanan hidup semua bangsa di nusantara khususnya perjalanan hidup bangsa Sasak. Risalah ini mengajarkan anak-anak bangsa khususnya kaum muda atau penerus budaya Sasak tentang pandangan terhadap diri sendiri terutama pengetahuan sejarah yang nanti menjadi sebuah hal penting dalam tatanan bangsa di dunia.
Dalam Suku Sasak masih ada beberapa tapak yang samar dan harus diperjelas lagi. Tapak-tapak tersisa yang ditumbuhi semak dalam bahasa Sasak maka itulah yang disebut elesan. Menurut saya perlu dikaji lebih jauh pada masa yang akan datang dengan metode ilmiah, betapa bermanfaatnya buku ini, untuk pembaca yang membaca buku ini khususnya masyarakat Sasak. Dalam risalah tapak elesan untuk memperkuat kembali sejarah bangsa Sasak yang masih ada dalam bentuk mitologi, pengetahuan masyarakat itu sendiri, kepemimpinannya, bangunan masjid adat yang kini masih berdiri kokoh.
Ada beberapa tapak yang tersisa di dalam ingatan dan tidak banyak yang terungkap. Risalah mengajarkan kita sebagai seorang wanita untuk selalu bersifat rendah hati agar kita sendiri yang mengungkap tapak yang tersisa dalam ingatan orang tua, karena dalam ingatan orang tua tersebut terdapat fakta secara lisan dari generasi ke generasi.

Jumat, 22 Desember 2017

RESENSI BUKU KOSMOLOGI SASAK karya H. L. Agus Fathurrahman (bab 1)







Isi Buku “Kosmologi Sasak” Risalah Inen Paer

Bab 1 “Menjelajah Permukaan”
Pada halaman pertama bab satu pembaca sudah langsung disuguhkan satu informasi yang berkaitan dengan arsitektur budaya Sasak,  yaitu telihat gambar peta Pulau Lombok yang tampak mirip seperti pola lumbung alang. Entah ini suatu kebetulan atau apa tapi yang pasti hanya sebagian dari penduduk Lombok yang mengetahui kesamaan dari kedua bentuk ini. Jadi dengan membaca buku ini kita bisa tau terdapat kesamaan antara peta Pulau Lombok dan pola Lumbung Alang.
Menjelajah permukaan di sini diuraikan atau dijelaskan karakteristik kawasan selatan dan utara yang ada di Pulau Lombok yang mungkin masih banyak masyarakat Sasak yang tidak tau secara rinci kawasan selatan dan udara. Dengan adanya buku ini pembaca yang khususnya masyarakat Sasak sendiri tau bagaimana karakteristik kawasan selatan dan utara pulau yang mereka tempati selama ini.
Masuk pada bab pertama  pada  buku Kosmologi Sasak akan dijumpai filosofi dasar terbentuknya sebuah wilayah yang menandai adanya keterkaitan antara bentuk tempat tinggal dan daerah yang dijadikan sebagai tempat tinggal oleh manusia, dalam buku tersebut mendefinisikan bagaimana dan dari mana sesuatu bersumber  sehingga memberikan pemahaman awal yang menarik untuk mengawali sebuah pengetahuan bagi pembaca. Bentuk ketertarikan akan terlihat dari sajian paparan dari mana asal mula sebuah lumbung alang yang konon desainnya terstruktur dan diadaptasikan sesuai dengan daerah tempat tinggal manusianya (Pulau Lombok).
Namun,  tidak terhenti sampai di situ. Ada hal-hal yang belum dipahami oleh manusia-manusia yang menghuni suatu daerah atau wilayah yang disebut juga sebagai masyarakat yang mana dalam buku tersebut dari segi nilai guna akan sangat bermanfaat bagi masyarakat Sasak (Gumi Nine)  dalam menjelajahi sejarah negerinya sendiri. Mulai dari memahami apa itu tempat tinggal dan ruang hingga ia bisa membedakan apa itu tempat tinggal dan apa itu ruang lalu mengetahui pusat atau puncak kesakralan suatu ruang atau wilayah itu di mana (kosmik).
Setelah mendefinisikan bagaimana dan dari mana suatu ruang atau wilayah berasal masih ada lagi yang harus disadari oleh masyarakat bahwa dalam kita bertempat tinggal haruslah bisa memahami dan memberikan penjelasan terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam rumah yang ditempati (lumbung alang) setelah memahami ruang dan tempat barulah dapat dipahami yang menjadi bagian utama dari rumah dan dari wilayah yang di tempati itu apa.
Penyajian pemahaman dalam buku tersebut terstruktur dengan jelas mulai dari manusia bisa memahami dan membedakan apa itu ruang dan tempat hingga ia bisa mengetahui yang menjadi puncak tertinggi mereka dalam ruang dan tempat itu adalah apa, semua hal tersebut terjawab dalam buku Kosmologi Sasak. Bukan hanya itu, dalam buku tersebut juga menyajikan bagaimana manusia seharusnya menjalani kehidupannya sebagai masyarakat yang hidup  di gumi nine dan umumnya sebagai masyarakat, karena dengan mengetahui di mana letak pusat atau puncak tertinggi kita dalam kehidupan ini maka secara tidak langsung dalam buku tersebut digambarkan  manusia itu akan mengetahui yang namanya dari mana ia berasal (silsilah) apa kewajibannya apa hak yang bisa ia tuntut dalam menjalankan kehidupan, serta dengan memahami hal tersebut dapat diketahui secara langsung bahwa buku tersebut menyajikan sejarah kehidupan yang telah dilalui dan akan dihadapi pada masa depan.